Minggu, 10 Maret 2013

Revitalisasi peran UNMUL dalam pembangunan Kaltim

Revitalisasi peran UNMUL dalam pembangunan Kaltim
oleh Nugrasius
Dipublikasikan Tribunkaltim Januari 2013

Sejauh mana peran dan kontribusi Universitas Mulawarman terhadap pembangunan di Kalimantan Timur ? Suramnya wajah Kaltim hari ini dan ibukota propinsi khususnya menunjukkan perlunya revitalisasi dan rekonstruksi peran rumah kaum intelektual ini.

Carut marutnya infrastruktur propinsi Kaltim, rusaknya lingkungan kota Samarinda dengan opera banjir dan tata kota tak terencana, serta berbagai permasalahan lainnya seharusnya menjadi sebuah tantangan bagi universitas yang memiliki 51 orang profesor ini. Sejumlah 151 doktor yang ‘terpenjara’ di gedung-gedung universitas kebanggaan Kaltim ini seharusnya bisa memberikan solusi kreatif dan inovatif terhadap persoalan sosial teknis yang dihadapi pemerintah dan masyarakat Kaltim. Sayangnya kita sangat jarang menemukan konsep dan publikasi baik berupa proposal blue print pembangunan Kaltim yang ideal dengan dasar-dasar ilmiah maupun penelitian-penelitian ilmiah itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan pemerintah.
Kemana Arah Unmul ?
Mengamati visi Unmul yang berbunyi “Menjadi Universitas Berstandar Internasional yang Mampu Berperan dalam Pembangunan Bangsa Melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat.. “ tampaknya bagai punuk merindukan bulan. Di era teknologi informasi saat ini, publikasi ilmiah Unmul tenggelam dan tak bisa diakses masyarakat sehingga dalam survey Webometric 2012 Unmul di peringkat 116 se-Indonesia dan ke 8579 sedunia. Sedangkan menurut survey 4International Colleges and Universities 2012 Unmul di peringkat 48 se-Indonesia dan ke 4982 sedunia. 

Unmul yang digawangi Rektor Prof. Dr. H. Zamruddin Hasid S.E, S.U. ini seolah bergerak tanpa target pencapaian yang jelas. Tidak ada target waktu dan persentase untuk mencapai visi misi sasaran dan peningkatan mutu universitas. Jika Institute Teknologi Bandung (ITB) memiliki doktor sejumlah 745 orang, bagaimana upaya Unmul untuk mengejar ketertinggalannya yang saat ini hanya seper enam nya ? Atau jumlah koleksi buku dan referensi ilmiah di perpusatakaan Unmul yang hanya berjumlah 290.000 buah, separuh dari koleksi Universitas Hasanuddin (UNHAS) sebanyak 520.000 buku. Atau tenaga pengajar Unmul sejumlah 935 orang, separuh tenaga pengajar Universitas Gajah Mada (UGM) sejumlah 1.850 orang. Belum lagi tantangan peningkatan akreditasi beberapa fakultas / jurusan di Unmul yang lulusannya tidak diakui dan ditolak menjadi CPNS, sehingga CPNS di Kaltim justru banyak berasal dari luar daerah.
Pengelolaan anggaran sebesar 400 miliar setiap tahun serta keberadaan universitas di propinsi lumbung energi dan perusahaan-perusahaan besar, idealnya memposisikan Unmul sebagai universitas unggulan baik secara kualitas maupun kuantitas dari semua aspeknya di Indonesia. Ironinya, untuk membangun diri sendiri sebagai sebuah pusat intelektualitas yang kredibel dan solutif, Unmul tampak tergopoh-gopoh, bagaimana pula mengharapkan peran besar Unmul dalam dinamisasi pembangunan Kaltim ?

Revitalisasi dan Revolusi Unmul
Perlu kerja keras yang intensif dari seluruh civitas akademisi Unmul, dari rektor dan seluruh jajaran kabinetnya, BEM Unmul dan fakultas serta mahasiswa untuk bersama-sama membenahi rumahnya sehingga bisa menjadi universitas yang benar-benar berstandar internasional dan berperan terhadap pembangunan bangsa dan Kaltim khususnya. Budaya kritis yang semakin kritis dari akademisi Unmul mesti diasah kembali baik ke dalam (universitas) maupun keluar (masyarakat / pemerintah). Unmul seharusnya menjadi garda terdepan dalam transparansi anggaran, memberantas korupsi, efisiensi dan efektifitas pembangunan kampus, mengawal dan mengkritisi pembangunan Kaltim dengan perspektif ilmiah, tidak terjebak pada pragmatisme politik dan oportunis mencari proyek.

Unmul membutuhkan gebrakan besar, loncatan dan revolusi untuk merubah kultur, kebijakan dan metode perbaikan peningkatan mutunya sehingga bisa mengejar ketertinggalan dengan universitas-universitas lainnya serta menjadi lebih peduli dan solutif terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Sehingga keinginan untuk bisa memperoleh posisi Menteri Lingkungan Hidup tidak menjadi bahan tertawaan mengingat kota tempat universitas ini berdiri justru mengalami bencana lingkungan hidup yang sangat parah.
Harapan besar masyarakat Kaltim terhadap Universitas Mulawarman yang telah berusia ke 50 ini sangat besar untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Jika Unmul tidak mampu menjadi konseptor pembangunan, apakah kami harus berharap pada tukang ojek, penjual bakso dan tukang parkir ? Semoga menjadi refleksi bagi civitas Unmul untuk bangkit menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar