Review Infrastruktur jalanan Kaltim, apa yang salah ?
oleh Nugrasius
Dipublikasikan Tribunkaltim November 2012
Menyimak
perkembangan infrastruktur Kalimantan Timur, apakah sudah maju, atau tertinggal
jauh, perlu kita tinjau melalui salah satu analisa komparasi terhadap propinsi
lainnya di nusantara. Dalam hal ini penulis mencoba fokus pada komparasi infrastruktur
jalanan pada propinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat
dimana penulis pernah mengelilingi hampir seluruh jalanan para propinsi
tersebut.
Pada
tahun 2005 penulis melalui proyek survey ke seluruh kota di Sulawesi Selatan,
kita dapat menemukan kondisi jalanan yang secara keseluruhan jauh relatif baik
dan mulus jika dibandingkan infrastruktur jalanan di Kalimantan Timur (Kaltim).
APBD Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2011 hanya sebesar 2,7 triliun rupiah,
sangat jauh di bawah APBD Kaltim 2011 yang sebesar 10 triliun rupiah. Dengan
APBD sekecil itu, Sulsel lima tahun lalu sudah memiliki infrastruktur jalanan
yang sangat jauh kualitasnya di atas Kaltim. Bahkan ketika penulis memasuki
kota Bantaeng dengan ketinggian lebih 700 meter dpl (dari permukaan laut),
sepanjang 100 km jalannya relatif baik dan halus aspalnya.
Adapun propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sangat
mudah diakses dari Kaltim. Pada tahun 2010 penulis telah mengitari seluruh
jalan se-Kalsel baik jalan propinsi, nasional maupun kabupaten/kota. Kita akan
menemukan kualitas jalan yang juga sangat jauh di atas Kaltim. Mulai masuk
melalui Gn. Rambutan – Tanjung hingga ke Banjarmasin – Batulicin hingga keluar
dari Kalsel melalui Grogot hampir tidak dijumpai lubang-lubang yang mengganggu,
sesuatu yang lumrah kita temui di setiap sudut jalanan Kaltim. Bahkan penulis
pernah membuat anekdot. Jika kita terjun paying dan mendarat di perbatasan
jalan aspal Kaltim – Kalsel dan kita bingung yang mana Kalsel / Kaltim, maka
kita tinggal melihat jalan aspalnya, jalan aspal yang rusak sudah pasti Kaltim,
jalan aspal yang bagus, itu pasti Kalsel. APBD Kalsel hanya sebesar 2,5
triliun, hanya ¼ APBD Kaltim, kemana output APBD Kaltim? Saat kita baru saja
keluar dari ibukota propinsi Kaltim menuju Bontang, kita disajikan
lubang-lubang yang senantiasa berpotensi memakan korban jiwa. Begitupun Kutai
Kartanegara dengan APBD nya 2011 sebesar 4,7 triliun rupiah, tidak pernah mampu
memperbaiki ruas jalan daerah Jahab yang hanya beberapa kilometer keluar dari
Tenggarong menuju Kutai Barat. Bahkan 60% lebih infrastruktur jalan Kukar rusak
berat. Kita patut mempertanyakan kapabilitas dinas-dinas terkait dalam
membangun infrastuktur daerahnya.
Sementara
Sumatera Barat (Sumbar), dengan APBD HANYA sebesar 2,1 triliun rupiah, telah
menciptakan infrastruktur jalanan yang jauh lebih berkualitas lagi dari Kaltim.
Sepanjang lebih 300 km, dari Muara Bungo hingga ke Solok dan Padang, melewati beberapa
baris pegunungan, kualitas jalan tersebut dapat dilewati truk-tronton-trailer
dengan kapasitas 30 ton ! Dan tanpa lubang jalanan satupun !
Berdasarkan
data dari dinas PU Kaltim, kita peroleh jalan propinsi sepanjang 1.762 km,
dengan kondisi Rusak Berat 65.1 km, Rusak Sedang 310.8 km, Rusak Ringan 245.5
km, dan yang Baik 1.160 km. Artinya masih banyak pekerjaan rumah bagi
dinas-dinas terkait di semua propinsi, kabupaten/kota untuk memperbaiki kualitas
infrastruktur jalannya. Jika Sumbar dengan APBD yang sangat kecil mampu
menciptakan jalan dengan kapasitas 30 ton sehingga roda perekonomiannya
berlangsung pesat, maka tidak relevan lagi bagi pemerintah Kaltim menggunakan reason jalanan rusak karena dilalui truk
sawit/batubara yang melebihi kapasitas. Karena dengan APBD yang sangat besar seharusnya
Kaltim dan ibukotanya Samarinda sudah memiliki kualitas jalan yang dapat
dilewati kendaraan berkapasitas besar.
Infrastrktur
jalan merupakan urat nadi perekonomian yang sangat strategis. Investasi pada
kualitas jalan terbaik dan kapasitas besar harus total dan tidak
setengah-setengah. Budaya ‘mengambil jatah’ pada proyek perawatan jalan harus bisa
dihapus dan hal ini butuh kemauan kuat dan serius dari gubernur/bupati/walikota
dan kepala dinas PU, karena proyek perawatan jalan telah menyita banyak
anggaran dan membuat kualitas dan kuantitas jalan aspal menjadi stagnan/jalan
di tempat. Selayaknya eksekutif berpikir jauh ke depan dengan menciptakan
kualitas pengerjaan jalanan dalam satu kali proyek tanpa harus adanya proyek
perawatan. Karena masih banyak pekerjaan rumah proyek pembuatan infrastuktur
jalan yang belum selesai dari tingkat pengerasan ke tingkat pengaspalan. Semua
kembali pada pengawasan dinas PU, akan halnya korupsi dalam ketebalan dan
kualitas material jalan, dengan melihat aktual infrastuktur jalanan di Kaltim
jika dibandingkan dengan propinsi lainnya, kita patut bertanya, ada apa dengan
dinas PU propinsi dan PU kabupaten/kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar