Senin, 31 Agustus 2015

70 Tahun Indonesia dan 700 Tahun Kutai Kartanegara

70 Tahun Indonesia dan 700 Tahun Kutai Kartanegara

Baru 70 tahun negeri ini menikmati kemerdekaannya dari penjajahan negara asing, bangsa asing dari luar wilayah nusantara. Setelah ratusan dijajah dengan tamak oleh bangsa Eropa, setelah ratusan tahun dikekang untuk tunduk pada aturan tanam paksa, kerja paksa hingga mati terpaksa, kini patutlah kita syukuri kemerdekaan karunia Tuhan melalui perjuangan berat para pahlawan kita dahulu.
Usia 70 tahun terhitung renta dalam ukuran umur manusia, namun dalam ukuran peradaban, tampaknya ia masih di usia ABG. Lihatlah imperium Romawi dan Persia yang berusia sekitar 1 milenium atau seribu tahun. Lalu dilanjutkan Khalifah yang berusia 1 milenium lebih, sementara kekaisaran Cina sudah 2 milenium lebih.
Nusantara, kerajaan besar Sriwijaya berdiri hingga 5 abad lamanya, menyisakan banyak jejak peradaban yang dilanjutkan Majapahit yang hanya berusia 1 abad lebih.
Berdirinya Demak dan Mataram pun hanya berusia 1 abad lebih, terhenti dengan kedatangan Portugis pada abad 16 M disusul Belanda. Dalam usia 70 tahun, sebuah prestasi yang luar biasa Indonesia masih dapat bertahan di tengah puluhan suku bangsa heterogen dan ketidakpuasan pembangunan di wilayah perbatasan dan pedalaman.
Jauh sebelum NKRI berdiri, Kalimantan Timur khususnya memiliki sejarahnya tersendiri dengan kerajaan Kutai Kartanegara yang bertahan 700 tahun lamanya. Paska runtuhnya Sriwijaya di adab 13 M, berdirilah Kutai Kartanegara di hilir Mahakam yang diperkirakan berasal dari sisa-sisa keluarga kerajaan dan masyarakat Sriwijaya yang berasimilasi dengan penduduk setempat dari wilayah Mulawarman. Pada masa yang sama catatan sejarah menunjukkan berdirinya Tanjungpura di Kalbar dan Nansarunai di Kalsel (cikal bakal Banjar). Kemiripan bahasa melayu salah satu faktor kuat persamaan asal muasal.
Kurun 700 tahun Kutai Kartanegara mengalami fase dan dinamika politik yang tidak kalah menarik dengan pilkada Samarinda. 
Pada abad ke 15 konflik politik di Kalsel melibatkan Demak dengan menangnya Pangeran Samudera di Kayutangi (kota Banjarmasin) melawan pamannya dari Daha Hindu Kaharingan di Amuntai. Bantuan Demak mensyaratkan Islamnya pangeran yang kemudian mendirikan kerajaan Banjarmasin. Konflik tersebut tampaknya memberi warna pada konflik 2 kerajaan di Sungai Mahakam antara Mulawarman dan Kutai Kartanegara yang dimenangkan Kutai pada abad yang sama. Tak berselang lama Islam pun menjadi agama kerajaan sehingga lahirlah gelar sultan, hampir bersamaan di seluruh nusantara.
Seabad kemudian di abad 17 raja bugis yang telah mengalahkan kerajaan Makassar Sultan Hasanuddin, berupaya mencaplok pesisir Kalimantan bagian timur. Wilayah batulicin, Kalsel timur berhasil dihalau Banjarmasin dengan perjanjian perdamaian, sementara kerajaan Paser berhasil dikuasai adapun wilayah Kukar pesisir dihalau Kutai dengan perkawinan antara putra raja bugis dengan putri raja kutai. Berlanjut seabad kemudian datanglah Daeng Mangkona dari Bugis Wajo meminta suaka politik, tempat berlindung pada Sultan Kutai, diberikanlah tempat wilayah 'sama rendah' di tempat yang sekarang dikenal Samarinda Seberang karena pada masa itu daerah 'Samarinda Kota' sudah ditempati warga Kutai, 'dayak', dan banjar.
Pada abad yang sama, abad 18, datanglah penjelajah Inggris yang sudah menguasai Sabah, memasuki Sungai Mahakam. Tak mengindahkan peringatan sultan, kapal Inggris dengan sombong dan berani masuk hingga hampir melintasi Loabakung/Loajanan, namun ditenggelamkan pasukan kerajaan Kutai dibantu warga setempat. Satu kapal ditenggelamkan sisanya melarikan diri. 
Datanglah Belanda. Masa damai bumi etam berubah menjadi lautan api saat Panglima Awang Long memimpin perlawan mengusir Belanda hingga berjumpa maut. Kini sang panglima hanya tinggal nama dipemakaman menyaksikan penyeberangan motor mobil tepat di seberang makamnya di tepi sungai Kota Tenggarong. Kutai Kartanegara dengan 'kampung' Samarinda-Balikpapan-nya tak lagi merdeka. Dengan perjanjian damai Belanda mendikte dan mencabut beberapa kebebasan dan kemerdekaan Kutai sebagaimana yang dialami seluruh kerajaan nusantara. 
Pergolakan upaya kemerdekaan hingga menemui momentumnya pada 17 Agustus 1945. Walau telat mendapatkan informasi proklamasi kemerdekaan, seluruh kerajaan nusantara pada hakikatnya menginginkan merdeka dari penjajahan baik Belanda maupun Jepang. Konsep NKRI masih dalam penggodokan dalam bentuk penyatuan kerajaan nusantara.
Usia Kutai yang melebihi NKRI, yang bersedia bergabung dalam NKRI tanpa embel-embel daerah istimewa sepatutnya mendapatkan apresiasi besar dari pemerintah. Sayangnya Kutai terpandang sebelah mata karena jauh dari interaksi pusat sejak masa pra proklamasi, hingga kini Kutai hanya sekedar menjadi sapi perah pusat. Tak salah ucapan Bung Karno, bahwa masamu lebih berat karena akan berhadapan dengan bangsa sendiri.
Kemurahan hati Kutai untuk melepaskan Samarinda dan Balikpapan dari wilayah kekuasaan pun ibarat susu di balas air tuba. Justru Kutai menjadi tertinggal dalam segala aspeknya dari dua kota yang lahir dari rahimnya. 
Sudah waktunya Kutai untuk tampil dengan peran lebih dalam kontruksi pembangunan Kaltim maupun pusat dalam aspek positif. Ataukah Kutai, sebagaimana peradaban lainnya yang silih berganti, akan hilang ditelan peradaban metropolis. Semangat perlawanan berani Awang Long dan semangat pembangunan Sultan Aji Sulaiman perlulah digerbak pada aspek intelektual dan politik yang tidak hanya macan kandang. Berani di kandang tapi ompong di pusat, banyak di rumah tapi kosong di Jakarta, yang menyebabkan kebijakan pusat tak prioritas pada Kaltim. Gebrakan tak sebatas ormas berpakaian loreng dengan embel putra asli minta jatah di perusahaan tapi minim karya tulis ilmiah dan penelitian mumpuni. 
Tujuh puluh tahun Indonesia dan tujuh ratus tahun Kutai Kartanegara, walau harga karet, sawit, batubara turun, namun tetaplah kita menaikkan bendera merah putih, menghormati dan mendoakan para pejuang pahlawan kita terdahulu. Merdeka !

Oleh Nugra,ST

Rabu, 17 Juni 2015

Akik Ulin Borneo khas Kaltim motif asma Allah dan motif Naga

AKIK ULIN BORNEO
MOTIF ASMA ALLAH
MOTIF NAGA / PHOENIX
asal LoaKulu perbatasan Samarinda - Kutai Kartanegara
Akik khas Kalimantan Timur








Pemilik Nugra 081255545444 - 2B0B005F
di Samarinda

Sabtu, 25 April 2015

Melanglang ke Tabang, Negeri yang Hilang



Melanglang ke Tabang, Negeri yang Hilang
Tabang, negeri yang tersembunyi di balik hamparan pepohonan di perut pulau Kalimantan menyimpan pesona tak terlupakan. Sebagai salah satu kecamatan dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Tabang malu-malu bergeliat di balik luasnya Danau Semayang yang penuh misteri.
Tabang memiliki kekayaan melimpah, emas yang belum tersentuh, batubara yang separuh hidup, dan sawit yang luas. Bagi pecinta travelling dan off road, Tabang seperti gadis perawan yang bisa membuat petualang tak pernah puas menikmati keindahan dan tantangannya.
Kalau di Datah Bilang, Kutai Barat, kita mudah menemukan gadis Dayak yang manis-manis, di Tabang kita mudah menemukan pemuda Dayak yang gagah seperti artis-artis mandarin. Lebih dari itu, beras gunung dan ayam kampungnya yang lezat plus rendah kotoran kimia, membuat hidup lebih terasa hidup.
Perjalanan ke Tabang sangat mengasyikan dan penuh tantangan. Dari Samarinda menempuh perjalan darat ke Kota Bangun sekitar 3 jam. Kebetulan sekarang jalan sudah cukup mulus namun penuh tikungan mesti stok adrenalin. Entah kenapa kita di Kalimantan suka jalanan berkelok, selain karena mengambil alih jalan loging barangkali banyak kelokan menambah jumlah meteran jalan yang perlu dirawat. Anggaran lagi, lagi-lagi anggaran.
Pelabuhan Kota Bangun tepat di depan masjid raya, penuh parkiran mobil yang menginap dari para pelancong. Untuk membawa mobil ke Tabang seperti halnya penyeberangan Sungai Mahakam di Tenggarong, bedanya, karena jarak yang jauh biayanya berkisar 1-2 juta dari Kotabangun ke Kahala, mulutnya Tabang. Saya sempat menyeberang dengan kapal membawa Pajero, melintasi jembatan ‘Ali Baba’, jembatan yang dibangun tanpa ada jalan di kanan kirinya, mirip gapura raksasa, ikonnya Muara Bangun.
Pertama kali saya melanglang ke Tabang menggunakan ketinting atau perahu ces, perahu panjang menggunakan satu mesin kecil dengan penumpang rata-rata 6 orang. Melewati jalur air akan terasa menegangkan bagi yang tak bisa berenang apalagi yang belum terbiasa dan untuk pertama kalinya. Untungnya saya bisa berenang. Hujan deras ikut meramaikan kekhawatiran kalau-kalau ketinting terbalik, telebih saat memasuk Danau Semayang yang nampak seperti hamparan luas lautan, lebih mirip seperti di tengah samudera daripada kesan danau, sebab sejauh mata memandang nyaris tak terlihat adanya daratan.
Fenomena menakjubkan lainnya di danau Semayang adalah, saat tiba-tiba perahu nyangkut di tengah ‘samudera’. Kami pun kaget, di lautan luas ini ketinting ‘amblas’. Ada apa gerangan ? Tiba-tiba sang nahkoda menceburkan diri ke ‘laut’. Byurr. Ternyata kedalaman airnya hanya setinggi lutut. Bukan main. Kami pun ikut menceburkan diri ke ‘laut’ membantu mendorong ketinting keluar dari daerah dangkal. Lumayan satu tarikan selfie, berdiri di tengah laut, dengan latar perahu di lautan luas.
Ternyata Danau Semayang merupakan perairan dangkal yang luas, muara dari Sungai Kahala, Tabang. Jika surut, akan terlihat hamparan pasir dan lumpur yang luas, jika level muka airnya naik, rata-rata hanya 2-3 meter. Ramai warga mencari ikan dan kepiting untuk dijual di Melak sampai Samarinda. Inilah mata pencaharian utama masyarakat yang bermukim dekat dengan Danau Semayang dan Danau Melintang di sebelahnya.
Setelah melintasi Semayang selama 1 jam, butuh 1 jam lagi menyusuri sungai kecil Kahala yang dikitari rawa-rawa semak belukan untuk tiba di Kampung Kahala. Setelah ngopi-ngopi sejenak, perjalanan sudah bisa dilanjutkan melalui jalur darat. Rental mobil sudah siap menunggu di Kahala menuju Ritan, Tabang. Dengan jalan pengerasan mendatar batu pasir, terasa santai melintasi sawit dan perkebunan warga.
Tiba di Ritan, jalan cor beton sudah siap beberapa kilometer. Kaget juga melihat keberadaan jalan beton di pedalaman yang memanjakan truk-truk sawit melintas, sementara jalan Kukar di Loakulu-Loajalan masih jerawatan. Memang kondisi tanah Ritan dan sekitarnya agak berbukit sehingga sudah mampu menjadi landasan stabil untuk jalan cor, sementara jalan dari Kahala ke Kotabangun mesti melewati daerah rawa dan tidak ada gunung di dekatnya sebagai sumber material timbunan jalan. Hanya Amuntai di Kalsel yang berani menimbun 10 km jalan rawa dengan sumber material yang juga sangat jauh. Kapan Kukar berani mengkuti model jalan Amuntai ? Kita tunggu Bu Rita jalan-jalan berkunjung ke Amuntai.
Istirahat di Ritan, kami dimanjakan kuliner lezat alami yang tentu saja jauh dari oksidan racun kimia makanan kota. Nasi dari padi gunung dan sajian ayam kampung dengan sambal hijau membuat lupa kuliner perkotaan. Rasanya warga di sini bisa membuka warung di Samarinda Balikpapan dengan nama warung Ritan Baru, menggunakan bahan-bahan alami pedalaman yang pasti diminati kalangan menengah ke atas yang merindukan makanan sehat nan lezat.
Tak jauh dari Ritan Baru inilah pesawat kecil yang ditumpangi eksplorer Australia jatuh terjerembab tewas beberapa tahun lalu. Keberadaan emas di hulu Tabang tidak hanya mengundang para pendulang-pendulang tradisional yang masih berjalan hingga ke Mahakam Ulu, tapi beberapa investor asing pun diam-diam dengan helicopter curi-curi sampel emas untuk diuji lab. Akses jalan yang belum tersedia membuat cadangan emas di hulu masih awet untuk cucu kelak.
Sementara batubara Tabang sudah lama dibongkar grup Bayan milik Cina Malaysia, menggunakan Sungai Belayan dengan kapasitas tongkang sedang untuk pengapalan ke laut. Tiba musim kemarau, tambang pun menangis karena tongkang nyangkut di sungai yang mendangkal. Sementara jalur hauling darat ke Senyiur masih cukup jauh apalagi hadangan warga menguras tenaga dan dompet.
Umumnya batubara di Tabang memiliki kalori rendah hingga medium, dengan harga drop saat ini tentu saja industri tambang batubara Tabang semakin ngos-ngosan. Sementara sawit dan karet juga turun, semoga batu akik di hulu Tabang bisa menambah kocek masyarakat Tabang.
Jalur transportasi alternatif Tabang keluar adalah melalui jalur darat menuju Senyiur kemudian ke Muara Ancalong lalu turun ke Sebulu menggunakan jalur logging. Lama perjalanan kira-kira 5 jam lebih. Muara Ancalong dulunya jalur pelarian Kerajaan Mulawarman Martadipura saat berkonflik dengan Kutai Kartanegara 700 tahun silam. Tak heran di daerah Tabang – Muara Ancalong inilah ditemukan Patung Budha emas ukuran 5 cm yang saat ini tersimpan di museum Mulawarman Tenggarong.
Tabang, negeri yang hilang, menantikan gebrakan akses transportasi yang baik dari pemerintah daerah untuk peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap industri sumber daya alam yang bermanfaat dan ramah lingkungan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Saatnya Tabang menembus batas, dan mari melancong ke Tabang, siapa tahu ketemu akik jenis baru.


Salam,

Nugra,ST
Penjelajah Borneo

Kamis, 09 April 2015

Kemana Mahasiswa ?

Kemana Mahasiswa ?
Tahun 1997 krisis ekonomi menghantam Indonesia. Mahasiswa turun ke jalan menuntut perubahan. Mahasiswalah pahlawan reformasi. Mahasiswa adalah pemuda, agen perubahan, poros harapan bangsa. Tidak ada kemerdekaan tahun 1945 jika para pemuda tidak bergerak. Mungkin kemerdekaan kita mundur 5 tahun kalau pemuda tidak memaksa golongan 'tuha' untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Soekarno selaku mahasiswa di pengadilan melawan penjajah Belanda dengan Indonesia Menggugat-nya. Setahun sebelumnya para mahasiswa berkumpul dalam ikrar Soempah Pemoeda, 1928.
Hari ini, krisis mendera, mengaku atau ditutup-tutupi, suka tidak suka, krisis mulai menggerogoti perekonomian. Harga-harga kebutuhan pokok satu per satu terus naik tanpa bisa diturunkan. Harga BBM naik disaat harga minyak mentah dunia turun. Harga beras naik saat musim panen, padahal Kukar baru saja menyatakan surplus berton-ton beras. Rupiah melemah signifikan sudah mulai membuat pelaku usaha berteriak karena cost produksi dengan barang atau part impor merangkak naik. Bagi penikmat nasi tempe, kenaikan harga kedelai impor berimbas pada kenaikan harga makanan seluruh rakyat termasuk mahasiswa di kampus. Harga smartphone dan laptop terkerek naik. Semua kenaikan harga atau krisis ekonomi dapat dicegah seandainya pemerintah punya tim ekonomi kuat dan fokus memperbaiki ekonomi, bukan sibuk memecah belah partai oposisi, memainkan sinetron bali nine, alih isu ISIS sampai bikin iklan pembagian 'ribuan' traktor sawah yang tak jelas rimbanya.
Kejahatan jalanan atau begal, imbas dari peningkatan kemiskinan dan peningkatan pengangguran tak tertangani dengan baik. Utang pemerintah yang nantinya dibayar anak cucu sudah hampir mencapai 2000 triliun rupiah bukannya dikurangi tapi ditambah 500 triliun utang baru. Dihibur badut ekonomi bahwa rasio utang masih dalam taraf aman. Memangnya 'mbah'mu yang bayar? Krisis demi krisis terus bergerak namun terus coba kita tutupi karena politik pencitraan, justru nantinya membuat kita stroke mendadak. Apakah kita merindukan Harmoko ? Atau kita sendiri sudah menjadi Harmoko ? Membabi buta membela presiden, koalisi, partai politik, tanpa lagi memiliki kejernihan membedakan mana benar mana salah, tapi lebih pada yang penting menang. Prinsip sebagian besar pengacara. Badan anti korupsi diobok-obok. Kontrak kerja freeport terus berlanjut dengan bargaining lemah.
Kemana mahasiswa ? Kemana para pemuda ? Asyik update status, nongkrong di mall, pacaran, sibuk mancing mania atau cari akik di pasar pagi ? Sibuk belajar mengejar IPK tinggi, cumlaud tapi lalai akan permasalahan sosial yang mendera di sekitarnya. Ketika pemerintah lupa diri, terpeleset dengan kebijakannya yang tidak bijak, apakah kita berharap tukang bakso, ojek, penjual sayur, ikan, pasukan kuning yang bergerak, berserikat, berkumpul menyatakan pendapat mengkritisi pemerintah ? Maka baju intelektualitas dan agen perubahan lebih tepat kita sematkan pada mereka, di tengah kesibukannya mencari nafkah dan membiayai anak-anaknya sekolah.
Kemana mahasiswa ? Sibuk cari nafkah juga ? Rasanya tidak. Saya teringat sewaktu kuliah, selain belajar, menyempatkan diri mengkritisi pemerintah, 3 presiden didemo mulai dari Gusdur, Megawati sampai SBY. Sekali dipentung polisi, sekali ditendang polisi, sebabnya karena demo berdampingan dengan mahasiswa kiri yang cenderung anarkis. Apakah aktif berorganisasi berdemontrasi membuat kuliah kita terganggu sebagai mahasiswa ? Entahlah tergantung masing-masing pribadi membawa diri, saya pribadi bisa lulus dengan IPK di atas 2.75 dan langsung bekerja hingga saat ini sesuai profesi dengan karir yang baik. Di tengah usia perkuliahan mahasiswa menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN), salah satu nilai dari 3 value KKN adalah bagaimana kita peduli dan terlibat memecahkan masalah masyarakat. Pada posisi itulah, mahasiswa atau akademisi selaku gudang intelektual harus lebih menonjol dalam memecahkan masalah masyarakat dan negeri dengan tuntas. Dari banjir sampai korupsi, keluarkan pemikiran dan aksimu membantu pemerintah. Sahabat yang baik adalah sahabat yang berani menegur sahabatnya yang salah agar lurus kembali dari jalan yang bengkok. Jika kita mendiamkan justru kita membenamkan sahabat kita ke dalam masalah yang lebih dalam. Salah satu wujud cinta pada pemimpin kita adalah tanpa sungkan menegur atau mengkritisi pemimpin dari kebijakannya yang salah, dari keteledorannya yang merugikan rakyat.
Hari ini, sebelum berbagai masalah yang mulai mendera menjadi kanker yang lebih parah, sudah saatnya mahasiswa dan pemuda kembali turun ke jalan memberi warning pada pemerintah untuk kembali fokus memperbaiki ekonomi bangsa, bukan membangun kericuhan politik. Mengawal pemerintah memperbaiki kemampuan pemerintah eksekutif membuat APBD yang baik dan benar, bukan berteriak-teriak menuduh begal APBD legislatif untuk menutupi borok sendiri. Berhentilah jadi Harmoko masa kini. Suarakan kebenaran demi kepentingan bangsa, jangan lagi memperuncing kondisi dengan divide et impera, apa bedanya kita dengan Belanda, mungkin hanya warna kulit.
Ingatlah rezim tidak pernah sadar kesalahannya hanya melalui seminar-seminar atau berkirim surat baik langsung maupun ke media. Koruptor, hampir belum ada sejarahnya taubat karena ditegur atau dinasihati baik-baik. Rezim otoriter baru sedikit sadar saat ada perlawanan, reaksi tekanan, teguran keras untuk menyadarkan dan membuat mereka berpikir kembali mana benar mana salah. Para pengguna jalan yang sering mencibir pelaku demo, sering lupa diri bahwa sebagian masalah hidupnya banyak terselesaikan karena tekanan pemuda dari orasi jalanan, langsung ataupun tidak langsung.
Kepada para pemuda, mahasiswa dan akademisi yang merindukan lahirnya kejayaan, sudah saatnya tunjukkan taringmu kawan. Tuntaskan reformasi !

Nugra,ST

Kamis, 26 Maret 2015

Akik-akik Cabe Rawit


Akik-akik Cabe Rawit
dipublikasikan Kaltimpost 27 Maret 2015
Musim semi batu akik sepertinya masih belum mencapai klimaksnya. Temuan baru, pasar baru, 'beharat' yang baru masih menunjukkan trend yang meningkat. Pembukaan sentra akik di Segiri dan di mall-mall semakin meramaikan bursa akik batu mulia atau gemstone.
Tampaknya warga umum lebih ahli berinteraksi mendeskripsi batu mulia daripada sarjana-sarjana geologi. Kebetulan Universitas Mulawarman telah membuka jurusan Teknik Geologi S1 angkatan pertama dimana kemarin saya sempat mengisi kuliah tamu untuk mahasiswa geologi maupun pertambangan secara informal. Selayaknya akademisi Pertambangan/Geologi Unmul berpartisipasi dalam memberikan guide atau penjelasan kepada masyarakat tentang segala tetek bengek batu mulia misalnya workshop, seminar atau sejenisnya. Sehingga musim batu mulia menjadi edukasi tersendiri bagi masyarakat Kaltim dalam mengenal batuan alam ataupun dalam aspek bisnisnya.
Batu mulia atau kita patenkan saja dalam bahasa yang lebih memasyarakat, batu akik, pada dasarnya merupakan mineral yang terbentuk melalui proses alam selama jutaan tahun. Sebagaimana kita ketahui ada 3 jenis batuan alam yakni batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Masing-masing jenis akik berasal dari 3 jenis batuan tersebut dengan ciri tersendiri. Batuan beku terbentuk melalui proses magma yang keluar ke permukaan bumi, kemudian membeku bersamaan dengan turunnya suhu magma tersebut. Dari suhu ribuan derajat turun hingga nol puluhan derajat pada setiap fase penurunan suhu terbentuk mineral khas tersendiri. Dari suhu tinggi terbentuk mineral olivin, piroksin hingga kuarsa di suhu medium terdiri dari susunan unsur kimia berbeda. Intan atau diamond yang dikenal sebagai batu mulia terkenal berharga tinggi di Eropa terbentuk di suhu tinggi dengan tingkat kekerasan tertinggi. Mineral akik lain contohnya Tourmaline atau Topas dan sejenisnya. Di Kalimantan, batuan beku kebanyakan di hulu-hulu atau pedalaman Kalimantan. Granit yang dijadikan sebagai tegel/porselin salah satu produk batuan beku. Ada juga yang kreatif menjadikan granit sebagai akik. Bukan main.
Batuan sedimen terbentuk berasal dari batuan beku yang mengalami pelapukan selama jutaan tahun, jatuh tertransportasi ke bawah hingga terendapkan atau tersedimentasi selama jutaan tahun hingga menjadi keras dan jadilah ia berlapis-lapis. Sebagaimana kita lihat di Sungai Mahakam misalnya sedimentasi yang berlangsung terus-menerus selama jutaan tahun ke depan, endapan lumpur yang lembek saat ini, nantinya akan menjadi keras. Sedimentasi dari pepohonan yang terendam dan tersedimentasikan kemudian getahnya menutupi benda tertentu nantinya menjadi fosil atau batu fosil, jadilah akik fosil dengan berbagai motif, contohnya akik Bulu Monyet di Berau yang terkenal. Beberapa akik lainnya berasal dari sedimentasi koral atau terumbu karang, jadilah akik motif koral atau 'kelabang' misalnya. Ada-ada saja.
Adapun batuan metamorf atau batuan ubahan terbentuk dari batuan beku atau sedimen yang mengalami perubahan karena pengaruh suhu atau tekanan akibat proses magmatik (magma keluar) dan tektonik (pergeseran lempeng bumi). Batuan metamorf juga banyak dijadikan tegel/porselin yang biasanya berwarna kemerahan. Nah, akik Red Borneo termasuk dalam jenis batuan ubahan atau metamorf ini.
Batu ruby dengan kesan kemilau pantulan bintangnya berasal dari batuan beku. Biasa kenal dengan ruby star atau american star. Awas imitasinya banyak ditemukan, yang polos bening tanpa serat namun memantulkan bintang umumnya imitasi. Merah delima atau mirip-mirip merah siam sedikit sulit dibedakan secara kasat mata karena penamaan masyarakat sedikit berbeda pada 2 jenis batu ini. Perlu kehati-hatian dalam memilih, salah-salah dapat imitasi. Akik atau gemstone sejenis safir, ametis, calcedon, kecubung, opal/kalimaya terbentuk melalui proses kimia pada boulder atau bongkahan batuan beku yang mengalami pelapukan terendam air jutaan tahun. Misalanya kita temukan bongkahan batuan di sungai kemudian kita pecahkan lalu di dalamnya tampak mineral atau akik yang transparan atau tembus saat diberi cahaya ('disenter jar'). Makin unik, orisinal, dengan warna menarik, semakin bernilai harganya. Makin dimasak makin turun harganya.
Kita dapat mengidentifikasi secara makroskopis atau visual mata terhadap mineral / akik tertentu yang mudah dikenal, namun terhadap gemstone lainnya terkadang perlu identifikasi mikroskopis atau laboratorium gemologi melalui mikroskop khusus contoh membedakan topas dan safir yang memiliki kemiripan perlu keahlian khusus. Bagaimana membedakan akik asli atau imitasi juga ngeri-ngeri sedap, bayar mahal jutaan rupiah ternyata palsu/imitasi, disitu anda pasti merasa sedih.
Secara fisik sebagian akik mudah dibedakan contoh kalimaya asli menunjukkan kesan warna warni tak beraturan seperti pemandangan indah galaksi di luar angkasa, sementara kalimaya / opal palsu persis hologram, penyebaran warna terpola dan agak seragam, untuk opal terang mudah dikenali yang imitasi tapi opal gelap atau kalimaya kopi perlu kejelian untuk membedakan. Cara lainnya seperti disampaikan di medsos, dengan menggunakan akik untuk menggeser layar touchscreen di smartphone, apabila tergeser maka ia diyakini asli apabila tidak, diperkirakan palsu. Namun hal tersebut belum diteliti secara ilmiah mungkin karena perbedaan susunan kimia antara mineral asli dan mineral kaca. Saya lebih memilih akik bercorak atau berserat daripada akik polos bening karena khawatir imitasi. Peran pencahaya (senter) dan lup bisa membantu untuk merecek kasat mata. Untuk lebih memudahkan membedakan asli atau pulsa dengan menggogling kata kunci akik asli palsu nantinya akan terbiasa melihat yang mana asli dan tidaknya.
Aspek menarik lainnya pada akik adalah adanya rumus pencocokan zodiak dengan jenis batu mulia tertentu. Entah dapat wangsit darimana belum ditemukan penjelasan ilmiah dari rumus yang diterbitkan nenek moyang di zaman batu itu. Barangkali ada reaksi-reaksi tertentu dari kandungan mineral yang tersusun dengan rumus kimia berbeda dengan genetik manusia yang lahir dengan posisi bulan matahari berbeda (zodiak) dimana gravitasi cairan dalam bayi berbeda setiap bulannya, menghasilkan produk genetik manusia sedikit berbeda. Perlu penelitian ilmiah mendalam. Yang jelas, apa yang menarik dan klik dengan hati dan dompet anda, silahkan langsung dipilih dan dipikat dengan emban tintanium mengkilap rasa laki. Mumpung akik Nabi Sulaiman belum ditemukan bangsa Yahudi Israel, kesempatan meharatkan akik Sulaiman masih ada. Selamat berakik ria dan jangan lupa sedekahkan sisa angsulan bisnis akik.