Selasa, 17 Maret 2015

Kacang Goreng Rasa Akik

Kacang Goreng Rasa Akik
Dipublikasikan kaltimpost 17 maret hal.2
Ketika 5 tahun saya membeli kalimaya banten di mall lembuswana, trading batu akik masih sunyi. Ketika 2 tahun lalu saya borong lagi blue safir di pasar pagi, masih sepi perbincangan soal batu mulia. Hari ini di pasar pagi Samarinda saya lihat gemstone atau bahasa rakyatnya batu akik, sudah terlihat seperti dagang kacang goreng, terhampar kayak kerikil.
Empat bulan lalu masih hangat dan belum terlalu ramai soal akik, saya sempat koleksi kecubung pangkalan bun (ngaran batu akiknya jar haji banjar), lumur borneo (lawannya lumut aceh), ruby merah delima dan red safir. Harganya masih bersahabat, tapi gara-gara musim batu akik menanjak, harga mulai berkompetisi, nego wan haji mulai alot. Disitu kadang saya merasa sedih.
Bukan lagi nyaman banar tapi mahal bujur.
Fenomena batu akik atau bahasa ilmiahnya Gemstone, batu mulia sebenarnya sudah berkembang ribuan tahun lalu dimana raja-raja, bangsawan terbiasa menyematkan batu mulia menawan pada mahkota mereka. Batu dari Kalimantan Selatan sudah dikenal di zaman Sriwijaya, diperkirakan saat itu di wilayah Kalsel masih berdiri kerajaan Maanyan Nansarunai, ratusan tahun sebelum kerajaan Banjarmasin berdiri. Dan mungkin karena sumber daya alam batu mulia ini pulalah yang mengudang Majapahit menyerang Nansarunai hingga tumbang di abad ke 14 masehi, lalu digantikan kerajaan Negara Daha/Dipa.
Intan permata dan gemstone lainnya yang terkenal di bursa dagang Martapura Kalsel sebenarnya sudah sangat dikenal di nusantara, suplier terbesar di Kaltim juga dari Martapura. Sayangnya dalam kancah kericuhan batu akik nasional saat ini, batu mulia khas Kalimantan seperti tenggelam dikalahkan promosi dan berita-berita di propinsi tetangga seperti lumut aceh, solar aceh, opal fire jawa tengah, bacan maluku, kalimaya banten dan lain-lain. Tumben tidak seperti biasanya bubuhan banjar haratnya tenggelam kalah promosi dengan akik-akik daerah lain. Red borneo pun masih kalah terkenal. Kaget juga lihat batu merah muda yang secara ilmiahnya mirip batu marmer dijadikan salah satu ikon kalimantan.
Saat saya di Berau beberapa bulan lalu sempat ditujukukkan teman akan akik ikon Berau, namanya Bulu Monyet, memang tampak unik dan langka, sebenarnya fosil dari bulu yang terawetkan, tentu saja tidak ada yang menandingi karena kelangkaannya. Harganya pun melonjak puluhan juta. Meninggalkan ruby cantik koleksi haji pasar pagi kelas 10 juta an.
Batu akik seyogyanya adalah perhiasan yang dikaruniakan Tuhan untuk memperindah diri sekaligus bersyukur atas pemberiannya. Jangan sampai akik yang hanya segumpal batu kecil membuat kita lupa akan kekuasaan-Nya. Mengira karena akik kita sukses, percaya diri, pelaris, pengasih, kuat bahkan kebal berpotensi membuat terjebak pada kesyirikan, ujar haji. Memang sebagian batu mulia dimasuki jin tanpa kita minta, kata rekan yang bisa melihat yang aneh-aneh. Jadi cukuplah menggunakan cincin batu mulia sekedar perhiasan apa adanya, tanpa membuat kita menjadi takabur, sombong alias harat. Akik yang dulu hanya menjadi perhatian masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas kini sudah mewabah ke semua lapisan masyarakat, oleh karena itu bagi yang pas-pasan jangan lupa atur keuangan untuk keluarga sebelum tergoda mengkoleksi varian batu akik. Apalagi kalau sudah melihat kalimaya banten original dengan kesan galaksi mini (bukan gadget), di pinggir jalan pasar pagi, harga 3 juta rupiah bisa bikin lupa diri. Mudah-mudahan kita bisa menikmati dan melewati musim batu akik dengan bijaksana. Termasuk tim sukses kampanye yang akan melaksanakan pilkada kompak di tahun ini, jangan lakukan money politik, tapi bisa dipertimbangkan menerapkan akik politik.

Nugra,ST
Penjelajah Borneo
@nugrazee / 25D44063

Tidak ada komentar:

Posting Komentar