Semen, Karst dan Politik Ekonomi
Tribunkaltim 7 Januari 2014 hal. 7
Nugrasius ST
Ketua Forum Peduli Borneo Kaltim.
Jika Indonesia menjadi target
pasar dunia yang disetting sebagai konsumen oleh kartel dunia, begitu
pula Kalimantan Timur, menjadi lumbung market tanpa bisa memproduksi,
khususnya semen.
Apa yang terjadi jika pabrik semen berdiri di
Kalimantan Timur ? Seluruh pabrik semen yang telah berdiri seperti
Bosowa, Tonasa, Gresik, Padang dan lainnya akan kehilangan potensi
marketnya yang sangat besar di Kaltim. Investasinya terganggu dan hal
tersebut akan menjadi gempa bumi bagi produsen semen yang telah
berjalan.
Pada dinas pertambangan Kutai Timur maupun Paser, para
produsen semen nasional sudah menerbitkan blok-blok ijin usaha pada
daerah Karst (Batugamping) bukan untuk memproduksi semen setempat, namun
untuk memblokir masuknya investor luar yang benar-benar serius untuk
mendirikan pabrik semen.
Salah satu keuntungan mendasar dengan adanya
pabrik semen adalah turunnya harga material semen di Kaltim yang tentu
akan berdampak pada turunnya biaya membangun rumah serta infrastruktur
lainnya. Kelangkaan semen yang selama ini menghantui berbagai proyek
pembangunan dan harga yang sering melambung tinggi karena permainan
kartel produsen semen ini bisa tertangani.
Besarnya permintaan bahan
baku semen dari dalam negeri sehingga pemerintah mengurangi jatah ekspor
seharusnya mendorong pemerintah Kaltim untuk serius menggerakkan sektor
industri semen. Tidak tunduk pada permainan politik ekonomi mafia semen
yang kini mempekerjakan pedagang isu lingkungan untuk menghambat
berdirinya industri semen.
Karst di Kutim dengan cadangan puluhan
miliar metrik ton batugamping dapat memproduksi semen dalam waktu lebih
300 tahun dengan kapasitas sedang. Semen padang yang telah memproduksi
lebih 20 tahun hanya baru mengupas Karst seluas 100 hektar, itu pun
gunungnya baru habis separuh belum mencapai ke dasar. Silahkan dikroscek
langsung menggunakan foto satelit seperti Google Earth.
Kebanggan
indahnya Karst Kutai Timur yang hanya dilihat dan dikunjungi belasan
atau puluhan orang per tahun yang jauh di pedalaman dan jauh dari
kampung, tidak proposional jika dibandingkan akan pemanfaatannya menjadi
fasilitas bahan kebutuhan terhadap kemudahan hidup berupa semen murah.
Oleh karena itu perlu ditinjau ulang kebijakan pemerintah yang sengaja
atau tidak sengaja merasa aman nyaman berposisi sebagai konsumen abadi
dari produsen semen di propinsi-propinsi tetangga.
Besarnya fee CSR
PT. KPC selayaknya tidak memanjakan Pemda Kutim untuk membuka potensi
industri lain yang tentunya berpotensi menambah PAD dari sektor lainnya.
Ijin Usaha Galian/Semen yang sudah ditahap eksploitasi di Sangkulirang
sebaiknya digulirkan segera ke tahap berikutnya. Bahan campuran seperti
bijih besi dapat diambil di sebelah utara Palu yang cukup melimpah
sehingga tidak menggunakan cost besar langsung menyeberang Selat
Makassar.
Begitu pula Pemda Panajam dengan PT. Kideco dan migasnya selayaknya mulai bergerak membangun pabrik semen lokal.
Mari melepaskan dari kutukan SDA yang memanjakan kita untuk menjadi propinsi yang mandiri, makmur dan sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar